Selasa, 23 Desember 2008

Tabah sampai akhir

Kalau kau tak sanggup menjadi beringin yang tegak di puncak bukit,
jadilah saja belukar, tetapi belukar terbaik yang tumbuh di tepi danau,
Kalau kau tak sanggup menjadi belukar,
jadilah saja rumput, tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.
Kalau kau tak sanggup menjadi jalan raya,
jadilah saja jalan kecil, tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air.
Tidak semua jadi kapten, tentu harus ada anak buahnya.
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendah nilai dirimu
Jadilah saja dirimu, sebaik-baik dirimu sendiri...
***
Untuk menghafal bait-bait di atas, aku harus rela dibentak-bentak oleh senior-senior di Gaputa. Terdorong oleh kedalaman maknanya, bait-bait itu pun terhafalkan. Dan terus hingga kuteruskan kepada junior-junior ku.
Bahkan sampai sekarang. Ketika aku menjadi dosen wali di ITB, bait-bait di atas ku bagikan kepada mereka. Mudah-mudahan masih ada yang mengingatnya kini. Sempat terdengar sedikit selentingan ketika mereka, "wah, dalem banget..."
***
Dan saat ini, ketika tengah mengarungi hiruk pikuk-nya dunia, bait-bait itu pun bernyanyi kembali. Mengingatkanku kembali, apa yang sebenarnya kucari di dunia ini.

Bandung, 23 Desember 2008

Selasa, 02 Desember 2008

Filosofi Derita

Mengapa ada derita? Mengapa Tuhan menciptakan derita?

Alkisah ada seorang saleh, di suatu pagi mendengar suara, yang ia yakin suara dari Tuhan. "Pergilah ke belakang rumahmu, temui di situ sebuah batu besar. Dorong, doronglah terus tiap hari, niscaya engkau mendapat manfaat darinya." Ketika terbangun, orang soleh itu pun menuju belakang rumahnya, menemukan batu besar menempel pada lereng bukit. Pikirnya, "Ah, mungkin batu besar ini merupakan pintu menuju sesuatu yang berharga." Didorongnya sekuat tenaga, tak sedikitpun batu itu bergerak. Lagi, dan batu itu pun tetap tak beringsut. "Ah, besok kucoba lagi", orang soleh itu pun berusaha sabar, sembari mengingat pesan yang telah diterimanya.
Esoknya, dia mendorong batu itu, sekuat tenaga. Diam. Lagi, tetap diam. Terus, tetap tak bergerak. Lagi, lagi, dan lagi, dan tetap diam, diam, dan diam. Ia berusaha bersabar. Esoknya lagi, seminggu, sebulan, dua tahun telah berlalu, orang soleh tetap berusaha keras mendorong batu itu, namun tak sesenti pun batu itu berpindah tempat. Di ujung keputusasaannya, ia pun mengeluh pada Tuhannya, "Engkau suruh aku mendorong batu ini, bertahun kujalani, tanpa hasil apa pun. Apa mau-Mu?".
Esok pagi harinya, orang saleh itu mendengar suara lagi."Kalau kau lihat batu itu, memang tiada berpindah. Tapi coba lihat tubuhmu, tambah kekar bukan.? Lihat otot tanganmu, kakimu, hmmm, bertahun engkau mendorong batu itu, tidakkah kau merasa tubuhmu semakin kuat?"
***
Kemarin ketika tiba di Pekanbaru, saya dijemput oleh kawan saya, dengan sebuah mobil sedan, punya ia sendiri. Satu setengah tahun lalu, terakhir kali bersua dengannya, dia mengeluh, susah kerjanya, semenjak bos tempat ia bekerja wafat. Sebelumnya, sekian tahun ia bekerja dengan orang, dan cukup nyaman baginya karena ada penghasilan tetap tiap bulan. Ketika kantor vakum karena kehilangan pemimpin, terpaksalah ia mencari pekerjaan sendiri, demi menyambung hidup. Terpaksalah ia belajar bernegosiasi, mengatur pekerjaan, mencari modal, menjalani ketidakpastian, atau pilihan lainnya ia dan keluarganya tidak makan. Akibatnya, kemampuannya "terpaksa" ikut berkembang, lebih dari kala ia hanya sebagai pekerja gajian dulu. Mobil mitsubishi pun layak menggantikan motor hondanya, sebagai moda untuk mengantarkannya dalam bekerja.
***
Beberapa kali saya bepergian ke luar negeri, pengalaman yang paling berkesan adalah ketika berjalan sendiri. Setelah saya perhatikan, ternyata berjalan sendiri membuat semua indera dan otak bekerja, mencari petunjuk dan mengembangkan daya orientasi, supaya tidak tersesat. Ketika bersama rombongan, kemampuan ini tidak berkembang karena bisa menggantungkan kepada orang lain. Kesusahan, dan upaya untuk mengatasinya, ternyata yang membuat perjalanan saya lebih berkesan.
***
Dalam musda IAI beberapa bulan lalu, doa penutupnya menarik sekali, "Ya Allah, jika aku meminta kekuatan pada diriku, Engkau beri aku cobaan, agar aku bisa belajar untuk menjadi kuat." Hmm, sebenarnya Tuhan telah mempunyai mekanisme, agar kita bisa membentuk diri kita seperti yang kita harapkan....
***
Derita, sebagaimana bentuk cobaan lainnya, adalah mekanisme untuk menjadi lebih kuat, lebih tangguh, lebih liat, untuk tetap bertahan hidup...