Rabu, 25 Februari 2009

Humor Sepakbola

Humor sepakbola di Indonesia saat ini sebenarnya kalah lucu dengan sepakbola beneran. Tetapi biarlah saya tuliskan sekadar untuk menambah wawasan, sukur-sukur membuat tersenyum atau tertawa. Selagi orisinal, lho...

Pemain Sepakbola (1)

Pusdik Militer di Cimahi yang pernah melatih pemain sepakbola Inggris
Pusat Pendidikan Perbekalan dan Hangkutan Muatan
Pusdikbeckham

Mantan striker Argentina yang akrab dengan tukang las
Gabriel Besitua

Mantan Playmaker kesebelasan Argentina yang suka ditunggui
Juan Sebastian Peron (KA)

Mantan pemain Argentina yang jadi langganan tukang tambal ban
Mario Kempes

Mantan bintang Polandia yang jadi supporter Persebaya
Zbignew Bonek

Mantan kapten tim Primavera yang disukai ibu-ibu
Kuku Bima Sakti

Pemain Primavera yang menjadi Striker sekaligus Kiper
Kurniawan Sandy

Kiper legendaris Indonesia yang taat beragama
Ronny Paskah

Pemain Argentina yang suka ngerjain orang
Ariel Oh tega

Pemain Spanyol yang jadi juragan susu
Xavi (baca: Sapi)

Pemain Argentina yang membangkitkan selera makan
Herman Crispy

Klub Italia yang membuat sejuk pemainnya
AC Milan, AC Parma

Klub sepakbola gabungan dua bangsa
AS Roma

Klub terkenal Eropa yang mengingatkan dengan kuda di jalan Ganeca
Bercelana

Striker Indonesia yang suka membantu pencernaan makanan
Ricky Yakult

Striker Indonesia yang jago membajak
Adolf Kebo

Pemain-pemain bola yang berkolaborasi membuat mobil
Michael Platina
Andy Coil
Luca Bussi
David Plat
Thomas Hevelg

Pemain yang jadi investornya
Honda Savicivic

Pemain Korea yang suka melihat binatang
Anjung Hewan

Mantan bintang Belanda yang mau ikut UFC
Ruud Gullat

Pemain Kroasia yang suka mencakar
Zvonimir Baboon

Bek Perancis yang sulit cemerlang
Lilian Suram

Penyerang Kroasia yang suka membuat soal yang tidak mudah dijawab
Davor Sukar

Mantan Libero Italia yang selalu menuntaskan pekerjaan
Franco mBeresi

Pemain Nigeria yang sangat “sensitif”
Nwanko Anu

Pemain Italia yang lucu
Roberto Bagito
Dino Bagio

Pemain Italia yang paling sedih saat kalah
Alessandro Nestapa

Mantan striker Italia yang hobinya ke Bandung buat bikin peuyeum
Pierluigi Casih ragi

Pemain Kroasia yang jadi supplier aluminium
Alen Boksit

Pemain Eropa yang bersaudara tetapi berlainan negara
Davor Sukur dan Hakan Suker

Bek Inggris yang disukai orang Minang
Sol Sambell

Pemain bola yang merangkap jadi petinju
Pemain sepakbola Indonesia

Ketika Saya Ingin Membangun Taj Mahal...

Saya merasakan hari-hari ini terasa panjang, dan tanpa harapan. Kemarin masih seperti rutinnya hari-hari biasa: berangkat kerja, pulang ke rumah, sambil sebelumnya mampir cari "klangenan", di gramedia atau vertex. Dan malamnya saya sempat menonton DVD, membuka ruang untuk menghibur diri sendiri, sebelum tidur dan esoknya bekerja kembali.

amun, hari ini terasa lain, selain panas yang tak terkira. Sebuah berita yang saya terima menyatakan bahwa istri saya, yang sebelumnya pamit mau pergi, ternyata tak akan kembali lagi. Hilang dalam sebuah peristiwa, dan telah dinyatakan tak ada harapan untuk kembali.

Semula saya masih menyimpan harapan ia akan ditemukan. Namun akhirnya saya berpikir realistis untuk melepas kepergiannya. Ibu saya dan ibu istri saya datang ke rumah. Kepada beliau saya mengeluhkan siapa yang akan meng-handle anak-anak. Siapa yang tiap malam akan mendampingi mereka belajar menulis dan mengaji. Siapa yang akan rela mengurusi tetek bengek urusan anak-anak dan keluarga.

Kerabat dan kawan-kawan berdatangan. Dan hari-hari pun saya lalui semakin panas. Panjang dan hampa, tanpa makna. Dari mulut ini tak henti keluar keluhan dan kata-kata putus asa. Para kerabat mencoba menghibur. Dari mencarikan pembantu dan baby sitter yang akan mengurus anak-anak dan rumah tangga, sampai membuka kemungkinan untuk mencarikan istri baru. Pikiran saya berusaha untuk saya tegar-tegarkan, tapi tetap saja hati ini terasa tanpa semangat lagi. Hari-hari semakin terasa panjang dan melelahkan. Bahkan sudah terpikir untuk menghitung hari menuju mati. Tetapi, anak-anak yang lucu-lucu dan luar biasa itu, siapa yang akan merawat mereka tumbuh.


"Dia tak akan terganti", ujarku dalam hati. Lalu kepada kerabat yang sudah datang, kuutarakan keinginanku, andai aku punya kekuasaan yang besar, akan kubangunkan serupa Taj Mahal untuk mengenang dia. Yah, mungkin tidak sebesar itu, sesuai dengan kemampuanku. Lalu...

Tiba-tiba aku terbangun dan menemukan istriku tidur nyenyak di sampingku, membungkus dirinya dengan selimut tebal. Sempat kaget, karena biasanya ia didaulat si Kembar untuk menemani tidur mereka hingga pagi. Segera kupeluk dan kucium dia, merasa bersyukur karena ia masih ada menemani hari-hari ku. "Wuk, aku mimpi buruk, kamu nggak ada," kataku padanya. Sambil setengah sadar, balasnya. "Mesti belum solat sebelum tidur. Sudah solat dulu".

Di pembaringan aku mengumpulkan kembali kesadaranku. Meski mimpi, rasanya lama sekali, dan rasa kehilangan dan kehampaan itu benar-benar terasa. Isya-ku malam ini sudah pasti teriring tahajud. Benar-benar bersyukur rasa kehilangan yang kualami ternyata hanya mimipi.

Paginya aku memenuhi janjinya untuk mengantar anak-anak ke sekolah, karena dia akan berangkat lebih siang. Seperti biasa. Tetapi pagi ini terasa berbeda.