Senin, 02 November 2009

Kertas yang Segera Dibuang dan Dilupakan

Sejumput kertas bekas
Suatu ketika sangat kuperlukan
Kala isi kepala ini perlu dikeluarkan
Bersama pena dan gerakan tangan
sang kertas bekas menjadi tumpuan lahirnya pemikiran

Kertas bekas itu bertumpuk
Kubundel menjadi beberapa bagian
Uh, banyak benar tumpukannya
Hmm, berarti banyak juga pikiranku yang tercurah padanya

Akhirnya catatan pada kertas bekas itu kupindahkan
Pada format digital yang lebih abadi
Sembari aku menata kembali curahan pikiran dan isi hatiSatu per satu kertas bekas itu kusisihkan
Untuk kemudian kusingkirkan

Lembaran kertas bekas itu kini menumpuk
Tak berarti lagi
Karena catatan padanya telah kusalin
Dalam format yang lebih rapi
Tak ada gunanya lagi untuk memenuhi meja kerjaku
Bahkan ia telah menjadi beban di situ

Menjelang ia kusingkirkan
Sejenak kulihat coret-coretan diatasnya
Hmm, sudah menjadi takdirnya yang harus segera pergi, harus segera dimusnahkan
Dan keberadaannya akan segera dilupakan
Dan digantikan oleh mereka yang lebih baru
Namun dalam sejenak itu aku merasa bahwa ia pernah berperan
Meski aku sadar bahwa dia pun musti kutinggalkan

Sejenak berperan, sudah itu dimusnahkan, dan dilupakan
Takdir si kertas bekas yang pernah jadi tumpuan pemikiran
Hmm, tetapi, bukannya itu takdir semua yang ada di dunia ini?

Bandung, 1 November 2009