Kamis, 02 April 2009

Ketika Garasi menjadi Splash Park...


Libur akhir pekan tak harus dengan pergi keluar. Refreshing, bisa juga dilakukan di rumah, seperti yang saya putuskan akhir minggu ini, dengan mencuci mobil. Selain sejenak mengistirahatkan otak dari rutinitasnya, mencuci mobil juga memberikan kesempatan buat otot-otot untuk merenggang lebih dari sekadar menekan tuts-tuts komputer. Dan melihat sesuatu yang semula kotor menjadi bersih, oleh tangan sendiri, memberikan kenikmatan batin tersendiri.



Keasyikan itu ternyata tak berlangsung lama. Jenina, anak kembar pertama saya segera ikutan "nimbrung", dan tak berapa lama selang air pun ada pada kekuasaannya. Adik kembarnya, Rauda, tak mau ketinggalan: akhirnya ikut kebagian busa dan sabun. Akhirnya mereka berdua memegang kendali atas cuci mobil, meskipun sebenarnya lebih menjadi sarana untuk bermain water splash. Daripada manyun, saya ikuti permainan itu, dan pura-pura berperan menjadi mandor cuci mobil. Tak tahan mendengar keceriaan yang berlangsung, si Sulung, Fulli, ikutan bermain. Ia kebagian mencuci ban.



Rupanya, meskipun menganggap bermain, cukup serius di sini. Mobil terlihat cukup bersih. Wah, selain refreshing, pekerjaan saya sepertinya cukup terbantu. Akhirnya, bukan hanya mobil bersih yang saya dapat, tenaga saya pun sedikit terhematkan, dan saya bisa membuat anak-anak saya ceria di akhir pekannya, dengan biaya yang murah. Ah, anak-anak, selalu bisa menciptakan permainannya sendiri.




Ternyata lebih dari itu. Ada sesuatu yang lebih yang saya rasakan: ada perasaan yang lebih "cerah" ketika saya ikut bermain bersana anak-anak. Seperti membangkitkan energi homo ludens: melihat kehidupan secara lebih positif karena ada dalam suasana yang menyenangkan. Duh, anak-anak, terima kasih, bukan hanya karena membantu membuat mobil jadi mengkilat, tetapi juga memberikanku semangat keceriaan, dalam menyusuri hidup yang terasa semakin sesak ini.


Guru saya pernah menyebut anak-anak sebagai "beliau-beliau", karena kepada mereka-lah kita banyak belajar. Belajar sabar, belajar tulus, belajar ceria, dan lainnya. Tagore dalam salah satu puisinya berujar, "Pada setiap kelahiran anak, Tuhan masih menyimpan harapan kepada manusia." Sepertinya, anak-anaklah yang paling bisa membuat-Nya, tersenyum. Khidmat kepada anak-anak.







































1 komentar:

About Me mengatakan...

Refreshing githu Yah...gemes liat dedenya!